Jumat, 19 Desember 2014

Sejarah Berhitung Dan Perkembangannya

Matematika tidak hanya tentang berhitung. Berhitung hanya merupakan salah satu cabang dari matematika. Namun berhitung ada dan dibutuhkan  hampir di semua cabang dari matematika yang ada saat ini. Dari 80 cabang besar matematika, berhitung ada dan turut berperan penting di hampir semua cabang besar tersebut, baik sebagai terapan maupun sebagai alat bantu dalam perhitungan.
Berhitung pada umumnya didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang bilangan. Lebih lengkapnya, Webster’s New Third International Dictionary merumuskan berhitung sebagai “cabang matematika yang berkenaan dengan sifat dan hubungan bilangan-bilangan nyata dan dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Untuk lebih memahami makna berhitung, maka perlu dipahami terlebih dahulu mengenai pengertian dari bilangan. Menurut Bruce E. Meserve, bilangan adalah suatu abstraksi, artinya bilangan tidak memiliki keberadaan secara fisik. Namun, bilangan dapat dituliskan dengan lambang-lambang yang dapat mewakili suatu bilangan yang ingin disampaikan.
Bilangan sendiri muncul karena adanya suatu kuantitas yang ingin diungkapkan. Setelah bilangan sudah dapat dituliskan dengan lambang-lambang bilangan, selanjutnya manusia mulai mengembangkan sifat-sifat, hubungan, aturan, serta perhitungan yang terjadi antar bilangan-bilangan tersebut sehingga muncullah istilah berhitung.
Sejarah berhitung merupakan sejarah yang panjang, karena berhitung sendiri telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Tidak ada yang mengetahui oleh siapa,  dimana, dan kapan tepatnya berhitung ditemukan, karena sebenarnya berhitung bukan merupakan temuan para pemikir, namun berhitung merupakan sebuah kebutuhan yang ada di dalam diri manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Oleh sebab itulah perkembangan berhitung terpencar di berbagai pusat kebudayaaan kuno dengan pertumbuhan yang terpisah-pisah.
Secara garis besar, tahapan pertumbuhan berhitung dari zaman kuno sampai masa kini:
1.      Zaman purbakala – Tahun 600 SM                       Mesopotamia dan Mesir kuno
2.      Tahun 600 SM – Tahun 450                                 Yunani Kuno
3.      Tahun 450 – Tahun 1200                                      Hindu-Arab
4.      Tahun 1200 – Tahun 1600                                    Eropa Lama
5.      Tahun 1600 – Sekarang                                        Masa kini
Peninggalan sejarah berhitung yang tertua adalah dari zaman Mesopotamia dan Mesir Kuno. Namun, bukan berarti pada masa itulah berhitung pertama kali ada. Sebenarnya berhitung sendiri telah ada dan dipergunakan oleh masyarakat primitif sejak zaman Batu Tua atau Paleolitikum. Hal ini dibuktikan dengan seiring ditemukannya sisa-sisa kebudayaan suku bangsa yang dianggap primitif, ditemukan pula bukti bahwa suku tersebut sudah mengenal berhitung.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai perkembangan berhitung pada Zaman Batu Tua dan Zaman Batu Muda:
1.      Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Salah satu ciri dari kebudayaan pada masa ini adalah sikap pasif manusia terhadap alam. Mereka hidup berpindah-pindah tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka belum bisa mengolah lingkungan sekitarnya untuk disuaikan dengan kebutuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pola pikir masyarakat pada zaman ini belum berkembang pesat.
Begitu pula dengan pengetahuan mereka tentang berhitung yang berkembang dengan lambat. Bahkan ada dugaan bahwa manusia pada zaman ini belum mengenal berhitung sebagai suatu besaran kuantitatif, melainkan masih bersifat kualitatif, yaitu hanya sekedar untuk membedakan antara satu, dua dan banyak.

2.      Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Zaman ini merupakan Zaman peralihan dari zaman Batu Tua, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu. Manusia pada zaman ini tidak lagi bersifat pasif terhadap alam. Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan mereka mulai pandai mengolah alam sekitarnya untuk menghasilkan cara hidup yang lebih terancana. Hal ini memungkinkan terbukanya peluang bagi masyarakat saat itu untuk mengembangkan kebudayaan mereka, salah satunya adalah berkembangnya sistem berhitung.
Perkembangan berhitung pada zaman ini telah mencakup pengetahuan berupa penjumlahan, pengurangan, bahkan sampai ke perkalian dan pembagian. Mereka juga mengembangkan berhitung berupa pengukuran dan penimbangan guna perencanaan dan persiapan. Perbedaan yang signifikan antara berhitung pada zaman ini dengan zaman sebelumnya adalah bahwa manusia pada zaman ini sudah dapat menghitung benda-benda sebelum benda-benda tersebut ada.
Dari penjelasan diatas, jelas bahwa behitung merupakan salah satu kebudayaan kuno yang bahkan telah ada dan berkembang bahkan sejak Zaman Batu Tua, dan mulai berkembang ke arah berhitung di masa kini  pada Zaman Batu Muda. Namun, tetap ada beberapa perbedaan yang signifikan antara berhitung pada zaman kuno dengan berhitung pada zaman-zaman setelahnya. Diantaranya adalah :
a.       Kemampuan berhitung masyarakat pada zaman kuno terbatas pada bilangan-bilangan bulat. Jika ada perhitungan yang tidak bernilai bulat, maka mereka menyatakannya dengan satuan ukuran yang lain. Contohnya, mereka tidak menyatakan suatu bilngan hasil dari pengukuran dengan satu setengah hasta, melainkan mereka menyatakannya dengan satu hasta satu jengkal.
b.      Berhitung pada zaman ini terikat pada benda atau objek. Mereka belum bisa menetralkan bilangan menjadi angka yang abstrak.
c.       Terbatas pada bilangan-bilangan terhingga.
Perkembangan berhitung selanjutnya yaitu pada masa Mesopotamia di Sumeria, Babilonia, dan di Mesir kuno. Hal ini  bukan berarti berhitung tidak berkembang di daerah lain, hanya saja perkembangan berhitung yang sangat pesat dan masih mempengaruhi sistem berhitung masa kini dan disertai banyaknya bukti-bukti peninggalan sejarah pada masa itu adalah peninggalan sejarah berhitung Mesopotamia dan Mesir Kuno.
Telah diketahui pula bahwa kemampuan berhitung orang-orang pada masa itu cukup tinggi, mulai dari memecahkan perhitungan-perhitungan yang cukup rumit sampai  perhitungan ilmu ukur. Kenyataan lain yang diperoleh adalah bahwa orang-orang di masa ini sudah dapat menuliskan bilangan-bilangan dengan simbol-simbol berupa angka. Hal ini penting diketahui mengingat teknik berhitung sangat dipengaruhi oleh sistem penulisan bilangan.
Menurut lambang dan sistem penulisan bilangan yang ada pada masa ini, dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
1.      Kelompok Mesopotamia dengan Sumeria dan Babilonia
Sistem penulisan bilangan Mesopotamia adalah berdasarkan letak angka, sama seperti sistem yang digunakan sampai saat ini. Sistem penulisan ini mengakibatkan angka yang sama dapat memiliki nilai yang berbeda jika peletakannya berbeda. Menurut O.Neugebaur, penemuan penulisan bilangan berdasarkan letak mungkin disebabkan oleh tulisan mereka yang terdiri atas abjad. Abjad dijajarkan untuk menjadi kata, demikian pula angka dijajarkan untuk menjadi bilangan.
Sedangkan untuk bilangan dasar yang digunakan oleh orang-orang Mesopotamia adalah  bilangan dasar seksagesimal. Misalnya, bilangan 11 pada bilangan dasar seksagesimal diartikan 1 jam 1 menit atau 61 dalam sistem bilangan desimal. Namun, pada dasarnya kepraktisan perhitungan bukan ditentukan oleh bilangan dasar, melainkan ditentukan oleh sistem penulisannya. Dan penulisan bilangan dengan sistem letak merupakan sistem yang sangat memudahkan dalam proses perhitungan, oleh sebab itulah sistem bilangan yang banyak dipakai sampai sekarang adalah sistem letak, tentunya setelah melalui proses penyempurnaan tahap demi tahap selama ribuan tahun.
Kendala yang dihadapi oleh orang-orang Mesopotamia yang menggunakan sistem letak dalam penulisan bilangan ini bahwa mereka pada saat itu belum mengenal lambang bilangan 0. Tanpa adanya bilangan 0, maka sulit untuk membedakan bilangan 1 dengan 60.  Atau contohnya dalam penulisan bilangan dasar desimal, akan sulit untuk membedakan antara bilangan 1, 10, 100, dan seterusnya tanpa adanya lambang bilangan 0.
Namun tetap saja, sekalipun terdapat beberapa kendala seperti contohnya tadi belum dikenalnya bilangan 0, dengan sistem bilangan berdasarkan letak ini perkembangan berhitung di Mesopotamia khususnya perkembangan dalam teknik berhitung berkembang sangat pesat terutama pada zaman Babilonia. Mereka bahkan sudah bisa membuat persamaan dengan variabel-variabel serta menyelesaikan persamaan kuadrat dan kubik. Dalam bidang ilmu ukur, mereka juga telah mampu menghitung luas bangun datar dan volum bangun ruang.
Untuk penulisan lambang  bilangan,  orang-orang Mesopotamia menuliskannya dalam bentuk baji. Diperkirakan tulisan ini berasal dari Sumeria yang pada awalnya diciptakan untuk memudahkan pencatatan harta kekayaan dan hasil bumi dalam pengorganisasian sistem ekonomi mereka.

2.      Kelompok Mesir Kuno
Sistem penulisan bilangan Mesir Kuno dilakukan menurut beberapa ketentuan, yaitu berdasarkan sistem pengelompokan dimana penulisan lambang bilangan dalam satu kelompok dilakukan dengan pengulangan lambang bilangan dari anggota kelompok terkecil, dan berdasarkan sistem bilangan dasar desimal tanpa sistem letak bilangan.  Setiap kelipatan sepuluh dinyatakan dengan lambang sendiri.
Misalnya jika A adalah sebagai satuan, B sebagai puluhan dan C sebagai ratusan, maka bilangan 332 ditulis CCCBBBAA. Suatu penulisan yang cukup panjang untuk menyatakan bilangan ratusan, bisa dibayangkan kesulitan yang terjadi jika bilangan yang ditulisan adalah 7.568.889. Meskipun Mesir kuno juga belum mengenal bilangan 0 sama seperti Mesopotamia, namun hal ini tidak menimbulkan masalah karena sistem penulisan ini memang tidak membutuhkan bilangan 0.
Lambang bilangan yang digunakan oleh Mesir Kuno pada awalnya adalah hiroglif, lalu dikembangkan menjadi hiratik, kemudian demotik yang dituliskan di atas batu atau pada papirus. Perubahan tulisan ini menyebabkan ikut berubahnya bentuk lambang bilangan.
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa adanya perubahan dalam penulisan lambang. Lambang yang tadinya berupa gambar yang kompleks sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menuliskannya, dalam perkembangannya dituliskan hanya berupa garis yang bentuknya mirip dengan lambang sebelumnya.
Hal ini menunjukkan adanya penyederhanaan lambang penulisan, baik abjad maupun lambang bilangan. Dengan penulisan lambang yang lebih sederhana khususnya dalam penulisan lambang untk bilangan, maka perhitungan antar bilangan menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Namun karena sistem bilangan yang digunakan adalah sistem pengelompokan, maka tetap saja dalam perngerjaan berhitungnya masih tergolong cukup rumit dibandingkan Mesopotamia yang menggunakan bilanagan dengan sistem letak.
Seperti halnya di Mesopotamia, Mesir Kuno pada masa ini telah mengenal bilangan pecahan  meskipun penulisannya memiliki ciri tersendiri.
 Selain itu, mereka juga telah mengenal deret hitung dan deret ukur, walaupun penggunaannya masih bersifat terhingga serta ilmu aljabar berupa persamaan linear sederhana. Ilmu yang berkembang cukup maju dibandingkan dengan Mesopotamia adalah ilmu ukur. Mereka telah mempelajari sifat dari bentuk-bentuk ilmu ukur bidang dan ruang, bahkan mereka telah dapat mengukur isi berbagai bangun ruang dan hubungan antara garis tengah dan keliling lingkaran.

Melalui penjelasan diatas, terlihat jelas bahwa berhitung telah berkembang jauh dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Pada masa ini, bilangan telah dituliskan dalam lambang-lambang, berhitung tidak lagi selalu berkaitan dengan objek atau benda, serta sudah dikenalnya bilangan-bilangan pecahan.
Kemudian, pengetahuan berhitung sampailah kepada Orang-orang Yunani. Orang-orang Yunani kuno sendiri telah mengenal berhitung  sejak zaman awal tarikh masehi. Mereka menamakan berhitung sebagai arithmetike, yang berasal dari kata arithmos (bilangan) dan techne (ilmu pengetahuan).
Namun, sebagian besar hasil pemikiran mereka tidak hanya menyangkut matematika. Para pemikir di Yunani Kuno pada masa itu sangat terkenal oleh pemikiran-pemikiran filsafatnya, terutama tentang alam. Mereka mulai berpikir mengenai unsur dasar yang membentuk alam, sifat-sifat unsur pembentuk alam, proses pembentukan alam, dan lain sebagainya. Namun dalam hal pembuktian kebenaran pemikiran mereka dipadankan dengan matematika.
Contohnya saja jawaban-jawaban atas pertanyaan mereka tentang alam seperti : ketiadaan, ketunggalan, dan ketakhinggaan dipadankan dengan bilangan 0, 1, dan tak hingga. Pemaduan antara matematika dan filsafat inilah yang menjadi dugaan atas lahirnya matematika yang lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya yang masih sederhana.
Perbedaan yang mendasar antara berhitung pada zaman ini dengan berhitung pada zaman sebelumnya adalah bahwa matematika atau tepatnya berhitung sebelumnya hanya dikembangkan dan digunakan untuk digunakan dalam keperluan praktis. Sedangkan orang-orang Yunani lebih mengutamakan mengenai hakikat dan pengertian dari berhitung.
Untuk lebih jelasnya,  berikut ini akan lebih lengkap dipaparkan dua tokoh pemikir dari Zaman Yunani Kuno yang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan berhitung dan pemikiran-pemikirannya  mempengaruhi cara berpikir orang-orang setelahnya mengenai pengertian berhitung.

1.      Pytagoras (Samos, 582 SM)
Salah satu pemikir dari Yunani Kuno yang terkenal adalah Pythagoras. Pythagoras dikenal sebagai perintis pengetahuan berhitung terutama pengetahuan tentang bilangan. Ada dugaan bahwa pemikiran Pytagoras banyak dipengaruhi oleh benda-benda yang ditemukan di tempat kerja ayahnya yang seorang pandai perak dan batu permata. Pytagoras melihat sisi-sisi batu permata yang banyak dan beraturan itu sebagai bentuk keindahan, dan keindahan tersebut berhubungan dengan bilangan-bilangan yang menunjukkan jumlah sisi batu permata.
Bagi Pytagoras dan perguruannya, segala sesuatu adalah tentang bilangan. Dalam hal benda, mereka lebih tertarik kepada bentuk benda daripada zat yang membentuk benda tersebut, kemudian dari bentuk tersebut dicarikan padanannya dengan bilangan.
Salah satu penemuan tebesar Pytagoras adalah hubungan antara nada musik dengan perbandingan panjang dawai. Pytagoras menamakan hubungan ini sebagai Harmoni. Melalui harmoni, kenyataan dapat disederhanakan ke dalam bilangan atau perbandingan bilangan. Penemuan harmoni ini membuat perguruan Pytagoras mendewakan bilangan. Mereka sampai beranggapan bahwa hubungan antara kenyataan dengan bilangan akan diketahui apabila ditemukan aturan-aturan yang mengatur hubungan itu.
Pytagoras juga menyatakan bilangan dengan titik-titik, yang apabila disusun di sebuah bidng datar atau bangun ruang akan ditemukan bentuk yang bermacam-macam. Pytagoras kemudian mencapai pengertian tentang atom-atom titik. Garis terdiri atas titik-titik yang tidak dapat dibagi lagi sehingga jumlah titik dalam suatu garis terhingga banyaknya.
Melalui uraian mengenai pemikiran Pytagoras diatas, dapat di pahami bahwa pengertian berhitung terutama perluasan pengertian tentang bilangan telah mencapai tahap pemikiran yang begitu mendalam. Dan dengan munculnya pemikiran ini, telah membuka jalan kepada orang-orang setelahnya untuk berpikir bahwa berhitung dan bilangan bersifat universal.
2.      Zeno (Elea, 450 SM)
Pemikir dari zaman Yunani Kuno yang tidak kalah terkenalnya dengan Pytagoras adalah Zeno. Zeno dari Elea terkenal dengan paradoksnya yang sempat menghebohkan para pemikir selama hampir dua puluh abad lamanya.
Paradoks zeno muncul sebagai ungkapan ketidaksetujuan Zeno terhadap pemikiran para pemikir di zamannya. Paradoks ini disusun dengan meminjam hipotesis lawan untuk menyusun suatu masalah yang cukup aneh. Beberapa paradoks tersebut diantaranya adalah:
1.      Dikotomi
Apabila anda akan berlari pada gelanggang perlombaan, maka anda harus menempuh dulu jarak separuhnya sebelum anda dapat menempuh keseluruhannya. Dari sisa separuhnya, anda juga harus menempuh dulu separuhnya lagi sebelum anda dapat menempuh keseluruhannya. Demikian terus menerus menempuh separuh jarak dari sisanya sebanyak tak hingga kali. Jadi pada jarak lari tersebut terdapat tak hingga titik. Tidak mungkin dapat menempuh tak hingga titik dalam waktu yang terhingga.
Kesimpulan : Anda tidak akan sampai pada ujung jarak lari tersebut.
2.      Achilles
Achilles yang terkenal dapat berlari cepat berlomba lari dengan kura-kura yang tidak dapat berlari cepat. Mereka menuju ke arah yang sama sedangkan kura-kura sedikit di depan Achilles. Betapa cepatpun achilles berlari, mula-mula ia harus mencapai dulu tempat kura-kura itu mulai beranjak. Namun pada saat itu kura-kura telah maju beberapa jarak ke depan. Kemudian Achilles haris menempuh lagi jarak ke tempat kura-kura itu namun pada saat itu kura-kura sudah maju lagi. Demikian terus-menerus, Achilles hanya akan selalu mendekati kura-kura tersebut.
Kesimpulan : Achilles tidak mungkin menyusul kura-kura tersebut.
3.      Panah
Anak panah dilepaskan dari busurnya. Pada suatu ketika, anak panah itu akan menempati suatu ruang tepat sepanjang ukuran anak panah tersebut. Dalam ketika itu anak panah tidak bergerak. Katakanlah bahwa ketika itu adalah kini. Jadi pada ketika kini, anak panah itu tidak bergerak.pada kini berikutnya, dengan alasan yang sama anak panah itu tidak bergerak. Demikian seterusnya, karena jalannya waktu adalah kini yang satu ke kini berikutnya.
Kesimpulan: anak panah yang dilepaskan dari busurnya tidak dapat bergerak.
4.      Stadium
Dalam suatu stadium perlombaan terdapat tiga deretan benda masing-masing deretan A, B, dan C. Deretan benda A diam di suatu tempat dari stadium itu sedangkan deretan B dan C bergerak dengan arah yang berlawanan. Setelah mengelilingi stadium, deretan benda B dan C kembali lagi ke tempat deretan benda A. Sampai pada saat itu deretan benda B telah melewati dua kali lebih banyak benda pada deretan benda C daripada benda pada deretan benda A. Tetapi waktu yang dipergunakan oleh deretan benda B dan C adalah sama.
Kesimpulan : Suatu selang waktu sama dengan dua kalinya.
Uraian-uraian Zeno diatas tidak dapat diterima sebagai suatu kebenaran secara pengalaman, namun belum dapat dibantah sebagai suatu ketidakbenaran secara logika. Tanggapan-tanggapan pun muncul dari para pemikir. Tanggapan yang paling umum adalah dugaan bahwa Zeno sedang mempertentangkan pemikiran orang-orang di zamannya.
Paradoks Zeno ini juga menimbulkan masalah lain dalam berhitung, yaitu masalah ketakhinggaan. Dari Dikotomi Zeno, ditemukan suatu proses berhitung untuk menjumlahkan separuh, seperempat, seperdelapan, dan seterusnya sampai tak hingga suku. Dalam hal ini timbullah pertanyaan apakah deret yang menuju bilangan renik ini mempunyai batas atau tidak, dengan kata lain tehingga atau tak terhingga. Kemudian muncul pertanyaan apakah ketakhinggaan seperti ini berujung atau mempunyai batas atau tidak.
Muncul pula pemikiran yang serupa dengan hal diatas mengenai deret dari bilangan-bilangan yang kita kenal  jika dijajarkan secara berurut dari kecil ke besar maka akan memiliki tah hingga suku banyaknya, yang tentu saja tidak berbatas. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa ketakhinggaan tidak berbatas namun memiliki awal. Namun di sisi lain, dengan jalan yang sama diperoleh kenyataan bahwa mungkin saja ketakhinggaan berlaku dua arah, tidak mempunyai batas akhir dan tidak bermula seperti halnya pengertian dalam garis.
Pengertian ketakhinggaan yang bermacam-macam ini menimbulkan juga bermacam-macam tafsiran sehingga kemudian diperoleh istilah ketakhinggaan matematika dan ketakhinggaaan dari filsafat, atau ketakhinggaan potensial dan ketakhinggaan  sejati.
Munculnya paradoks ini menimbulkan suatu perkembangan berhitung ke arah yang baru dan munculnya pandangan baru terhadap berhitung yang berbeda dengan pandangan orang-orang pada zaman sebelumnya sehingga dapat dikatakan bahwa zaman ini merupakan zaman peralihan.
 Manusia setelah zaman ini mulai melihat berhitung dalam pengertian yang lebih luas lagi. Mereka tidak hanya memperhatikan bilangan besar, namun mereka juga memikirkan hakikat sesungguhnya bilangan besar tak hingga. Kemudian, mereka juga mulai memikirkan bilangan ketiadaan atau nol, juga bilangan renik yang nilainya mendekati nol. Selanjutnya mereka juga mulai memikirkan bagaimana hasilnya jika bilangan-bilangan tersebut saling dioperasikan satu sama lain. Begitu seterusnya, pengertian berhitung berkembang ke arah yang lebih luas lagi.

Demikianlah uraian singkat mengenai sejarah berhitung sejak zaman purba dimana berhitung masih merupakan hal sederhana sebagai pengungkapan atas suatu kuantitas, sampai pada zaman Yunani Kuno dimana berhitung mulai mengalami perluasan makna.

KEMAMPUAN BERHITUNG CEPAT

a.    Pengertian Kemampuan Berhitung Cepat(Numerik)
Muhammad Ali (1996) mengatakan, numerik adalah “prihal menghitung, membilang penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian”, sedangkan Nyoman Dantes (1992) mengatakan bahwa “numerik adalah hitung menghitung dalam matematika”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Kemampuan berhitung cepat adalah kemampuan tentang prihal hitung menghitung dalam matematika yang mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian secara cepat, tepat dan sistematis. Kemampuan berhitung cepat juga didukung oleh teorema-teorema, dalil-dalil, sifat-sifat, definisi dan postulat, serta hal-hal lain yang mendukung terjadinya suatu perhitungan yang berlaku secara wajar

b.    Aspek-Aspek Kemampuan berhitung cepat
Ada beberapa aspek yang harus dikuasai oleh seseorang siswa dalam operasi matematika. Operasi hitung dalam matematika pada dasarnya mencakup empat pengerjaan dasar yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Berikut ini penjelasan masing-masing aspek operasi hitung terhadap kemampuan menghitung dalam matematika. Berhitung cepat dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dengan menggunakan jarimatika, dan teknik cepat perkalian yang selalu menjadi andalan dalam melakukan perhitungan dalam matematika.

1.    Metode jarimatika

a.    Pengertian Jarimatika
Jarimatika adalah cara berhitung (operasi Kali-Bagi-Tambah-Kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah sebuah cara sederhana, cepat dan tepat, dimulai dengan memberikan pemahaman secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan yang menggunakan angka yang lebih besar.( Septi Peni Wulandani,  2007 : 2)
   
b.   Formasi Jarimatika Operasi Perkalian dan Menghitung

1.    Untuk perkalian 1 digit x 1 digit (perkalian 6 s.d 10)
Rumus : (B+B) + (AxA)  Ket: B = Yang dibuka (puluhan)
A = Yang ditutup (satuan)
Susunan jari tangan :
jari kelingking  .........................nilanya = 6
jari manis  .................................nilainya = 7
jari tengah  ................................nilainya = 8
jari telunjuk  ..............................nilainya = 9
jari jempol/ibu jari  ...................nilainya = 10
Misal  :  6 x 6  atau   6²
Tangan kanan jari kelingking = 6 dibuka, keempat jari lainnya ditutup.
Tangan kiri jari kelingking = 6 dibuka, keempat jari lainnya ditutup
Masing-masing jari kelingking yang dibuka sebagai puluhanatau jumlah yang berdiri dianggap satuan dan dikalikan 10 , maka  tambahkan  :   ( 10 + 10 = 20 )
Masing-masing keempat jari yang ditutup sebagai satuan, maka kalikan ( 4 x 4 = 16 ) Hasilnya  :  20 + 16  =  36

2.    Untuk perkalian 2 digit x 2 digit  (perkalian 11 s.d 15)
 Rumus : (B+B) + (BsxBs) + 100
 Ket: B = Yang dibuka (puluhan)
        Bs = Yang dibuka dianggap     (satuan)
Susunan jari tangan :
jari kelingking  .........................nilanya = 11
jari manis  .................................nilainya = 12
jari tengah  ................................nilainya = 13
 jari telunjuk  ..............................nilainya = 14
jari jempol/ibu jari  ...................nilainya = 15
Misal  :  12 x 13 
Tangan kanan  jari manis  =  12  dibuka, ketiga  jari lainnya ditutup.Tangan kiri jari tengah = 13 dibuka, kedua jari lainnya ditutup, Masing-masing jari manis dan jari tengah yang dibuka sebagai puluhan atau jumlah yang berdiri dianggap satuan dan dikalikan 10 , maka  tambahkan  :   ( 20 + 30 = 50 ), Masing-masing kelima jari yang dibuka sebagai satuan, maka kalikan ( 2 x 3 = 6 ). Jumlahkan terlebih dahulu   : 50 + 6  =  56. Terakhir jumlahkan dengan 100 maka hasilnya (56 + 100 = 156)

3.    Untuk perkalian 2 digit x 2 digit  (perkalian 16 s.d 20)
 Rumus : (B x 20) + (AxA) + 200
 Ket: B = Yang dibuka (puluhan)
        A  = Yang tutup     (satuan)
Susunan jari tangan :
 jari kelingking  .........................nilanya = 16
 jari manis  .................................nilainya = 17
 jari tengah  ................................nilainya = 18
 jari telunjuk  ..............................nilainya = 19
 jari jempol/ibu jari  ...................nilainya = 20
Misal  :  17 x 18 
Tangan kanan jari manis  =  17  dibuka, ketiga  jari lainnya ditutup. Tangan kiri jari tengah = 18 dibuka, kedua jari lainnya ditutup, Masing-masing jari manis dan jari tengah yang dibuka sebagai puluhan atau jumlah yang berdiri dianggap satuan dan dikalikan 10 , maka  tambahkan  :   ( 5 dikalikan 20 = 100 ) Masing-masing kelima jari yang ditutup sebagai satuan, maka kalikan ( 2 x 3 = 6 ) Jumlahkan terlebih dahulu   :  100 + 6  =  106. Terakhir jumlahkan dengan 100 maka hasilnya (106 + 200 =  306)
Dengan langkah-langkah diatas dapat pula dilakukan langkah perkalian jarimatika sampai tidak terbatas, namun hanya bisa sampai lima jari saja. Adapun rumus-rumusnya antara lain:
a.       Perkalian 6 s/d 10 = (B dikalikan 10)+(A+A)
b.      Perkalian 11 s/d 15 = (B dikalaikan 10)+(BsXBs) + 100
c.       Perkalian 16 s/d 20 = (B dikalikan 20) + (AxA) + 200
d.      Perkalian 21 s/d 25 = (B dikalikan 20)+(BsxBs) + 400
e.       Perkalian 26 s/d 30 = (B dikalikan 30)+(AxA) + 400
f.        Perkalian 31 s/d 35 = (B dikalikan 30)+(BsxBs) + 600
g.       Dan seterusnya untuk tehnik jarimatika.

2.    Tehnik lain dalam berhitung cepat

Berikut ini contoh perhitungan yang dilaksanakan   dengan  melakukan berbagai visualisasi dengan teknik perkalian .

a.   pengkuadratan
542 = 2916,    552 = 3025,     562 = 3136
Tentu kita dapat menghitungnya dengan cara seperti biasa. Kita juga dapat menyelesaikannya dengan kalkulator. Adapun langkah yang lain:
542 = 2916
29 kita peroleh dari 25 + 4
16 kita peroleh dari 42
562 = 3136
31 kita peroleh dari 25 + 6
36 kita peroleh dari 62
572 = 3249
32 kita peroleh dari 25 + 7
49 kita peroleh dari 72

b.      Perkalian 9, 99, atau 999
Mengalikan dengan 9 sebenarnya adalah mengalikan dengan 10 - 1.Jadi, 9 × 9 sama saja dengan 9 x (10 - 1) = (9 × 10) - 9 = 90 - 9 = 81. Ayo coba contoh yang lebih sulit: 46 × 9 = 46 × (10 - 1) = 460 - 46 = 414. Satu contoh lagi: 68 × 9 = 680 -68 = 612. Untuk perkalian 99, artinya kita mengalikan dengan 100-1. Jadi, 46 × 99 = 46 x (100 - 1) = 4600 - 46 = 4554. Maka kita semua pasti tahu bahwa perkalian 999 sama dengan perkalian 1000 - 1, 38 × 999 = 38 x (1000 - 1) = 38000 - 38 = 37962.

c.       Perkalian 11
Perkalian 11 artinya kita menjumlahkan sepasang angka, kecuali bagi angka yang ada di bagian ujung. Lebih jelasnya lihatlah pada contoh dibawah ini : untuk perkalian 436 dengan 11 mulailah dari kanan ke kiri (selalu dari kanan ke kiri) Pertama tulis 6 lalu jumlahkan 6 dengan angka di sebelahnya yaitu 3 sehingga didapatkan angka 9.Tuliskan 9 disebelah kiri 6. Lalu jumlahkan 3 dengan 4 untuk mendapat angka 7. Tuliskan angka 7. Terakhir tuliskan angka yang paling kiri yaitu 4.Jadi, 436 × 11 = 4796. Ayo kita buat contoh yang lebih sulit: 3254 × 11. (3) (3 + 2) (2 + 5) (5 + 4)(4) = 35794. Ingat selalu mulai dari kanan ke kiri.
Sekarang contoh yang lebih sulit lagi: 4657 × 11. (4)(4 + 6)(6 + 5)(5 + 7)(7). Mulai dari kanan tuliskan angka 7. Lalu 5 + 7 = 12. Tuliskan 2 dan simpan angka 1. 6 + 5 = 11, tambah 1 yang tadi kita simpan = 12. Sekali lagi tuliskan 2 dan simpan 1. 4 + 6 = 10, tambah 1 yang tadi kita simpan = 11. kemudian tuliskan 1 dan simpan 1. Terakhir angka paling kiri, 4, tambahkan dengan 1 yang tadi kita simpan. Jadilah, 4657 × 11 = 51227

d.      Perkalian 5, 25, 125
Perkalian dengan 5 sama saja mengalikan dengan 10 lalu di bagi 2, Catatan : Untuk perkalian dengan 10 cukup tambahkan 0 di dibagian belakang angka. Contoh : 1000 x 5 = 5000 Lagi, 12 × 5 = (12 × 10) / 2 = 120 / 2 = 60. Contoh yang lain: 64 × 5 = 640 / 2 = 320. Juga, 4286 × 5 = 42860 / 2 = 21430. Untuk perkalian 25, sama saja kita kalikan dengan 100 (tambahkan dua angka 0 di bagian belakang) kemudian di bagi dengan 4. Catatan : Untuk pembagian dengan 4, kita bisa juga membagi dengan 2 sebanyak dua kali
64 × 25 = 6400 / 2 = 3200 / 2 = 1600.
58 × 25 = 5800 / 2 = 2900 / 2 = 1450.
Untuk perkalian 125, sama saja kita kalikan dengan 1000 (tambahkan tiga angka 0 di bagian belakang) kemudian di bagi dengan 8. Catatan : Untuk pembagian dengan 8, kita bisa juga membagi dengan 2 sebanyak tiga kali 32 × 125 = 32000 / 8 = 16000 / 4 = 8000 / 2 = 4000. 48 × 125 = 48000 / 8 = 24000 / 4 = 12000 / 2 = 6000.

e.          Mengalikan dua bilangan yang mempunyai selisih 2, 4, atau 6
Untuk perkalian seperti ini , Ambil contoh : 12 × 14. (14 – 12) = 2 jadi metode ini bisa dipakai)  Pertama kita cari angka tengah antara 12 dan 14, kemudian 12,13,14 (artinya 13 adalah angka tengah), berikutnya kita tinggal membuat perkalian 13 x 13 lalu di kurangi 1
12 × 14 = (13 × 13) - 1 = 168.
16 × 18 = (17 × 17) - 1 = 288.
99 × 101 = (100 × 100) - 1 = 10000 - 1 = 9999
 Jika selisih dua bilangan tersebut adalah 4, sama seperti tadi kita cari angka tengahnya, buat pemangkatan, lalu kurangi dengan 4, jadi  ini contohnya : 11 × 15 = (13 × 13) - 4 = 169 - 4 = 165. 13 × 17 = (15 × 15) - 4 = 225 - 4 = 221. Jika selisih dua bilangan tersebut adalah 6, sama seperti tadi kita cari angka tengahnya...buat pemangkatan, lalu kurangi dengan 9, Jadi  ini contohnya :
12 × 18 = (15 × 15) - 9 = 216.17 × 23 = (20 × 20) - 9 = 391.
f.     Pemangkatan bilangan puluhan yang berakhiran 5
Contoh kita mau ngitung berapakah 35 x 35 Kita tinggal mengalikan 3 x 4 = 12 (angka 4 di dapat dari 3 tambah 1)Kemudian 5 x 5 = 25 Jadi 35 x 35 = 1225 Contoh lagi : 65 x 65 Kalikan 6 x 7 = 42 (angka 7 di dapat dari 6 tambah 1) Kemudian 5 x 5 = 25 Jadi 65 x 65 = 4225 Dari situ kita tahu bahwa pemangkatan bilangan puluhan berakhiran 5 pasti angka belakangnya 25, jadi  85 x 85 = 7225

g.   Perkalian puluhan dimana digit pertama adalah sama dan jumlah digit kedua adalah 10
Contohnya kita ingin mengalikan 42 x 48. Disini terlihat bahwa digit pertama puluhan di atas adalah sama yaitu 4, sedangkan jumlah dari digit kedua adalah 2 + 8 = 10 Cara cepatnya sederhana saja : Kita kalikan 4 dengan 4 + 1 Jadi hasilnya 4 x (4 + 1) = 4 x 5 = 20. Tuliskan angka 20. Lanjut lagi kalikan 2 dengan 8 Jadi gini hasilnya 2 x 8 = 16. Tuliskan angka 16, Jadilah 42 x 48 = 2016, 64 x 66. Kita buat, 6 x (6 + 1) = 6 x 7 = 42, 6 x 4 = 24. Hasilnya 64 x 66 = 4224. 83 x 87 Rumusnya 8 x (8 + 1) = 8 x 9 = 72, 3 x 7 = 21 Hasilnya 83 x 87 = 7221

h.   Pemangkatan Puluhan
Ambil contoh kita ingin melakukan pemangkatan 58
Langkah 1 : Kalikan 5 dengan 5, 5 x 5 = 25, kalikan 8 dengan    8, 8 x 8 = 64, dan tuliskan ke dua hasil tadi dan jadilah 2564 Langkah 2 : Kalikan 5 dengan 8 = 40, Gandakan hasil tersebut,  40 x 2 = 80, Tambahkan 1 angka 0, jadilah 800. Langkah 3 : Jumlahkan 2564 dengan 800, 2564 + 800 = 3364 Itulah hasilnya 58 x 58 = 3364
32 x 32=  Langkah 1 : 3 x 3 = 9, tapi tuliskan 09 ya supaya 2 digit bisa tercipta, 2 x 4 = 4, tapi tuliskan 04 ya supaya 2 digit bisa tercipta Kedua hasil di tulis menjai 0904 . Langkah 2 : 3 x 2 = 6, gandakan 6 x 2 = 12. Tambahkan satu 0 dibelakangnya dan jadilah 120 Langkah 3 : 120 + 0904 ----> artinya 120 + 904 = 1024  32 x 32 = 1024  67 x 67   6 x 6 = 36   7 x 7 = 49  3649, 6 x 7 x 2 = 84 tambah satu 0 jadi 840, 3649 + 840 = 4489, Sehingga 67 x 67 = 4489

i.        Kalikan dengan 2, bagi dengan 2
  jika siswa mengalami kesulitan pengalian yang besar kita bisa ajarkan ke mereka untuk membagi dengan 2 dan mengalikan dengan 2. Ini contohnya : kita ingin mengalikan 14 x 16. Maka yang kita lakukan adalah...kalikan salah satu (antara 14 atau 16) dengan 2, dan bagikan salah satu (14 atau 16)  dengan 2, hingga kita mendapatkan perkalian yang mudah 14 × 16 = 28 × 8 = 56 × 4 = 112 × 2 = 224. Contoh lain: 12 × 15 = 6 × 30 = 180. 48 × 17 = 24 × 34 = 12 × 68 = 6 × 136 = 3 × 272 = 816.
Dan masih banyak lagi cara berhitung cepat yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan perhitungan dalam matematika.
j.        Soal 1 : 102 x 103
Yang anda lakukan Langkah 1 : tulis oleh anda 1 • langsung ingat dan tulis 1 ,Langkah 2 : Jumlahkan (02 + 03 = 05) ,  langsung ingat dan tulis 05 , Langkah 3 : Kalikan 2 dan 3 (2x3=6) , langsung ingat dan tulis 06 Susun langkah 1 sampai dengan langkah 3 sehingga hasil perkalian adalah 10506
k.      Soal 1 : 12 x 25
12 x 25 , 12 saya namakan Angka yang dikali, Langkah yang harus anda lakukan : Bagi angka yang dikali dengan 4 : 12 : 4 = 3 , langsung tulis 3, Kalikan hasil bagi dengan 100 : 3 x 100 = 300, jadi langsung tulis 300

l.        Menebak Tanggal Kelahiran

1.      Tuliskan tanggal lahirmu tanpa bulan dan tahun.
2.       Kalikan dengan 100.
3.       Tambah dengan bulan kelahiran.
4.      Kalikan dengan 2.
5.      Tambah dengan 2.
6.      Kalikan dengan 5.
7.      Tambah dengan 1.
8.      Kalikan dengan 10.
9.      Tambah dengan 1.
10.  Tambahkan dua angka terakhir dari tahun kelahiranmu.
11.  Hasilnya kurangi dengan 111

m.    Pengurangan

Pangkat 2 yang berdekatan cukup ditambahkan saja bilangan tersebut, contoh 3^2-2^2 = 9-4=5 cara cepatnya cukup 3+2=5
Pangkat 2 yang berdekatan  tapi lalang 1 cukup ditambahkan bilangan tersebut dan dikali 2  saja bilangan tersebut, contoh 3^2-1^2 = 9-1=8 cara cepatnya cukup (3+1)x2=8, Pangkat 2 yang berdekatan  tapi lalang 2 cukup ditambahkan bilangan tersebut dan dikali 3  saja bilangan tersebut, contoh 4^2-1^2 = 16-1=15 cara cepatnya cukup (4+1)x3=15
n. Cara hitung cepat dengan angka 9
Karena setiap bilangan sembarang jika dikalikan 9 maka jumlah hasilnya = 9
maka :
1   x 9 = 9
2   x 9 = 18, jumlah 1 + 8 = 9
3    x 9 = 27, jumlah 2 + 7 = 9
4   x 9 = 36, jumlah 3 + 6 = 9
dan seterusnya..................
Cara hitung cepat dengan angka 9 :
Contoh : 22 x 9 = 198, ( cara cepatnya 2 x 9 = 18, lalu selipkan angka 9 ditengah ), jadi jumlahnya adalah 198
simak cara cepatnya berikut ini : 33 x 9 = 297 ( cara cepat 3 x 9 = 27, selipkan 9 ditengah )
44 x 9 = 396
55 x 9 = 495
66 x 9 = 594
77 x 9 = 693
88 x 9 = 792
99 x 9 = 891
lalu bagaimana jika dengan 3 angka kembar, selipkan saja angka 99 ditengahnya.
Contoh :

5         222 x 9 = 1998 (cara cepat 2 x 9= 18, selipkan 99 ditengah )
333 x 9 = 2997
444 x 9 = 3996
555 x 9 = 4995